Salah satu metode berpindahnya kalor adalah dengan cara konveksi, yaitu perpindahan kalor disertai dengan adanya pergerakan fluida. Pergerakan fluida ini dapat terjadi secara alami (konveksi alami) dan secara paksa (konveksi paksa). Pada konveksi alami, pergerakan fluida diakibatkan oleh gaya apung/buoyancy. Sedangkan pada konveksi paksa, pergerakan fluida terjadi dengan adanya perangkat penggerak fluida seperti kipas atau pompa., Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi berikut:
Ilustrasi Konveksi alami
Pada gambar
terlihat ada sebuah silinder yang betemperatur tinggi yang diletakkan di
temperatur ruang sehingga terjadi konveksi secara alami. Karena ada perbedaan
temperatur antara permukan silinder dengan udara sekitarnya maka terjadilah
perpindahan kalor. Udara yang berada di dekat dengan permukaan silinder akan
lebih panas dibandingkan dengan udara yang jauh dari permukaan silinder. Udara
yang lebih panas akan memuai akibatnya massa jenisnya menjadi lebih ringan.
Gaya apung terjadi karena perbedaan massa jenis antara udara yang lebih panas
dengan yang lebih dingin. Oleh karenanya udara yang berada di dekat permukaan
silinder akan begerak ke atas dengan kecepatan rendah. Tempat yang ditinggalkan
oleh udara panas ini digantikan oleh udara yang lebih dingin yang kemudian
menjadi panas juga karena dekat dengan permukan silinder. Proses ini terus
berlangsung selama ada perbedaan temperatur.
Ilustrasi konveksi paksa (sumber
gambar: https://www.cradle-cfd.com/)
Pada kasus
konveksi paksa, aliran fluidanya adalah karena gaya eksternal seperti kipas
atau pompa. Seperti terlihat pada gambar di atas, sebuah kipas menyebabkan
aliran udara di atas permukaan yang panas. Saat udara melewati permukaan panas
tersebut maka terjadi perpindahan kalor dari permukaan ke udara. Akibatnya
udara yang bersentuhan atau dekat dengan permukaan tersebut menjadi lebih
panas. Kemudian udara panas itu terus terdorong searah dengan aliran udara yang
disebabkan oleh kipas.
Perpindahan
kalor secara konveksi memerlukan perhitungan yang rumit jika ditinjau secara analitik
karena terlalu banyak variable yang berkaitan dengan mekanika fluida dan termal
seperti viskositas, beda temperatur, panjang karakteristik, bentuk geomteri,
dan lain-lain. Oleh karena itu, pendekatan empiris, yaitu perumusan berdasarkan
hasil eksperimen, terkadang dirasa lebih praktis dalam perhitungannya.
(Tri Ayodha Ajiwiguna)
No comments:
Post a Comment