Kali ini kita akan bahas seberapa menguntungkan jika kita menggunakan solar panel di rumah kita. Setidaknya ada dua jenis pemasangan sistem solar panel, yaitu: on-grid dan off-grid. Untuk perbedaaan antara keduanya bisa di sini: PLTS on grid dan off grid
Jika lokasi rumah kita sudah terjangkau listrik PLN, maka saat
ini sistem off-grid bukanlah pilihan yang menguntungkan. Oleh karena itu yang kita
bahas sekarang adalah sistem on-grid dengan memanfaatkan sistem ekspor impor
listrik dengan PLN.
Untuk memudahkan analisis investasi solar panel ini, mari
kita bahas contoh kasus saja. Saya akan coba gunakan asumsi senyata mungkin di
tahun 2021 ini. Misalnya si Panjul ingin memansang solar panel dengan sistem
on-grid dan export-import di rumahnya yaitu di Jakarta. Panjul saat ini
berlangganan listrik dari PLN dengan 2200 W. Tagihan listrik perbulannya
rata-rata 500 ribu rupiah. Kondisi tersebut adalah sebelum dipasang solar panel. Untuk detil perhitungan selanjtnya dapat dilihat gambar di bawah ini:
Dengan asumsi sepert ini, maka Panjul dapat memproduksi
listrik sebesar 2543 kWh per tahun. Sebagian besarnya (70%) digunakan untuk
keperluan di rumah dan sisanya (30%) diekspor ke PLN. Jumlah listrik yang
diekspor sebenarnya mencapai 763 kWh per tahunnya, namun yang diakui oleh PLN
hanya 65% saja yaitu sekitar 496 kWh per tahunnya. Oleh karena itu, Panjul
hanya membayar tagihan listrik sekitar 2.7 juta setiap tahunnya (yang tadinya 6
juta per tahun). Artinya ada penghematan biaya tagihan listrik sebensar sekitar
3.3 juta rupiah per tahun. Di sisi lain, Panjul juga ingin PLTSnya terawat
dengan baik sehingga Panjul mengeluarkan biaya perawatan sebesar 630 ribu
rupiah pertahunnya. Jadi penghematan bersih yang panjul dapatkan adalah sekitar
2.6 juta per tahun. Jika dihitung-hitung, sistem PLTS panjul akan mendapatkan
break even point (BEP) di sekitar tahun ke 10. Jika sistem ini dapat dimanfaatkan
hingga sampai 20 tahun maka keuntungan bersih Panjul total mecapai 22 juta
rupiah. Kalau bisa sampai 25 tahun maka keuntungan Panjul mecapai 38 juta.
Sebenarnya kita bisa mendapatkan keuntungan lebih jika kita
tidak mengekspor listrik ke PLN, kenapa? Karena saat ini listrik yang kita
ekspor hanya diakui 65% nya saja. Jadi semakin sedikit listrik yang diekspor
maka kita sebenarnya lebih untung. Namun, kita harus jeli dalam menentukan kapasitas
PLTS yang di pasang. Untuk menghindari ekspor listrik ke PLN, kita perlu
memperhitungkan agar listrik yang dihasilkan oleh sistem PLTS tidak pernah melebihi
konsumsi listrik kita. Dengan cara seperti ini maka tidak ada produksi listrik yang dibuang.
(Tri Ayodha Ajiwiguna)
Balik modal 10 th untuk listrik sangat tidak manusiawi. PLN milik rakyat modal rakyat harusnya dihitung berdasarkan ekonomi rakyat bukan ekonomi kapitalis
ReplyDelete