Efisiensi Mesin Diesel

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Mesin diesel merupakan salah satu jenis mesin reciprocating dengan pembakaran internal. Fluida kerjanya adalah udara tanpa mengalami perubahan fasa sehingga termasuk dalam mesin daya gas. Dalam analisis termodinamika, peritungan proses-proses dalam siklusnya sangatlah rumit. Oleh karena itu analisisnya dapat disederhanakan menjadi siklus diesel ideal yang mengasumsikan pembakaran terjadi secara isobarik sehingga tekanannya konstan. Sedangakan pembuangan kalor terjadi secara isokhorik sehingga volume konstan. Selain itu, kompresi dan ekspansi secara isentropik (adiabatik reversible). Penyerderhanaan ini dapat dilihat di gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Penyederhanaan siklus diesel dalam diagram P-v

Siklus Diesel ideal ini terdiri dari empat proses, yaitu:
1. Proses dari titik 1 ke titik 2 yaitu proses kompresi secara isentropik. Proses ini menggambarkan bahwa volume dalam sistem piston silinder mengecil sehingga tekanan dan temperatur meningkat.

2. Proses dari titik 2 ke titik 3 yaitu proses penerimaan kalor disertai ekspansi secara isobarik. Proses ini menggambarkan pembakaran bahan bakar udara di dalam piston. Bahan bakar diesel diinjeksikan ke ruang bakar, sehingga pembakaran terjadi karena tekanan dan temperatur udara titik dua sangat tinggi
.
3. Proses dari titik 3 ke titik 4 yaitu proses ekspansi secara isentropik. Proses ini menggambarkan ekspansi yang dihasilkan dari pembakaran sebelumnya. Tekanan dan temperatur yang tinggi dengan hasil pembakaran memaksa sistem ekspansi.

4. Proses dari titik 4 ke titik 1 yaitu proses pembuangan kalor secara isokhorik. Proses ini menggambarkan pembuangan gas hasil pembakaran. Hasil pembakaran bahan bakar yang biasanya karbondioksida dan air dibuang keluar sistem.

Dalam mesin reciprocating dikenal istilah rasio kompresi r, yaitu perbandingan antara volume maximum dan volume minimum.
Untuk mesin diesel, yang pembakaran bahan bakarnya diasumsikan berlangsung secara isobarik pada tekanan yang konstan, dikenal rasio cut-off yaitu perbandingan volume sesudah dan sebelum pembakaran terjadi.
Setelah disederhanakan seperti ini, maka efisiensi lebih memungkinkan untuk dicari, yaitu:

Mesin Diesel

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Mesin Diesel juga salah satu mesin yang banyak diterapkan pada dunia otomotif. Selain itu, mesin ini juga sering kali ditemui pada pembangkit listrik yang cukup portable. Mesin diesel juga merupakan salah satu mesin reciprocating, yaitu mesin yang gerakan putarannya terjadi karena adanya pergerakan piston dalam silinder. Hal yang menarik adalah kereta diesel (kereta api) yang digunakan untuk perjalanan jarak jauh menggunakan mesin diesel untuk pembangkitan listrik yang kemudian disambungkan ke motor listrik sebagai penggerak.

Prinsip Kerja
Secara umum mesin diesel hampir sama dengan mesin Otto yaitu terdiri dari sebuah sistem silinder piston, katup hisap, dan katup buang. Namun, perbedaannya adalah tidak ada busi (pemantik) di mesin ini. Hal ini dikarenakan pembakaran bahan bakar di mesin diesel terjadi karena kompresinya. Pada titik tekanan tertentu bahan bakar diesel akan meledak yang kemudian energi yang dihasilkan inilah yang digunakan untuk menghasilkan kerja. Perbedaan kedua adalah bahan bakar diesel masuk ke dalam ruang bakar bukan pada langkah hisap, melainkan pada pembakaran dengan injeksi bahan bakar.

Pada saat beroperasi mesin diesel mengalami empat proses utama yang membentuk sebuah siklus termodinamika. Keempat proses itu dapat dijelaskan dalam gambar 1. Pada saat volume sistem minimum maka piston berada di titik mati atas (TMA). Sebaliknya pada saat volume sistem maximum posisi piston berada di titk mati bawah (TMB).

Gambar 1. Pinsip kerja mesin Diesel

Langkah I adalah langkah hisap. Dalam proses ini katup hisap dalam kondisi terbuka, katup buang dalam kondisi tertutup, dan piston bergerak kebawah (volume membesar) dari volume minimum ke volume maximum sehingga memaksa udara yang kaya akan oksigen masuk ke ruang bakar.

Langkah II adalah langkah kompresi. Dalam proses ini kedua katup dalam kondisi tertutup dan piston bergerak ke atas (volume mengecil) dari volume maximum ke volume minimum sehingga tekanan dan temperatur udara di dalam ruang bakar jadi meningkat sehingga jika ada bahan bakar di dalamnya maka akan mudah terbakar.

Langkah III adalah langkah pembakaran disertai ekspansi. Dalam proses ini bahan bakar dipakasa masuk oleh injektor sehinga terbakar akibat tekanan dan temperatur yang tinggi di dalam ruang bakar. Pada saat pembakaran terjadi tekanan ruang bakar relatif tidak berubah. Akibatnya sistem menerima kalor, temperatur meningkat, dan kemudian menyebabkan piston terdorong ke bawah (volume maximum).

Langkah IV adalah langkah buang. Dalam proses ini posisi katup buang terbuka, katup hisap tertutup, dan piston bergerak ke atas. Akibatnya hasil pembakaran bahan bakar dibuang melalui katup buang. Kemudian kembali ke langkah I.

Siklus daya gas sering kali dijelaskan dalam grafik tekanan-volume. Untuk siklus Otto dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Siklus Otto dalam grafik tekanan – volume

Energi Dalam Gas Ideal

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Energi dalam suatu zat dapat didefiniskan sebagai energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul. Secara teori gas yang berada dalam suatu wadah akan selalu bergerak secara acak, saling menumbuk antar molekul, dan juha menumbuk dinding wadah. Gerakan molekul inilah yang menyebabkan adanya tekanan dalam wadah.

Molekul-molekul gas yang berada dalam wadah selalu bergerak ke segala arah. Untuk menyederhanakannya maka ditinjau satu molekul yang bergerak searah sumbu x dengan kecepatan vx. Molekul ini memiliki massa sehingga memiliki momentum yang kemudian menumbuk dinding wadah dan juga antar molekul. Dalam model gas ideal, tumbukan yang berlangsung terjadi secara lenting sempurna sehingga besar kecepatan setelah tumbukan sama dengan kecepatan sebelum tumbukan dengan arah yang berlawanan atau dapat dituliskan:

Fasa Fluida

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Saat ini terdapat tiga fasa zat yang umum diketahui, yaitu: padat, cair, dan gas. Setiap zat dapat berubah fasa dari satu fasa ke fasa lainnya. Perubaahan fasa biasanya terjadi karena menyerap atau melepaskan energi berupa kalor. Sebagai contoh adalah air, jika air dalam bentuk padat dinamakan es batu. Jika es batu ini dipanaskan (menerima kalor) maka berubah fasanya menjadi air. Kemudian jika terus dipanaskan maka dapat berubah fasanya menjadi gas (uap). Sebaliknya pun begitu, jika uap air didingingkan (melepaskan kalor) maka akan berubah fasanya menjadi cair dan kemudian menjadi padat.

Kalor laten dapat didefiniskan sebagai kalor yang tidak mengubah temperatur suatu benda. Contohnya adalah kalor yang diberikan kepada air bertemperatur 100 oC (titik didih) maka temperaturnya tidak berubah. Namun, yang terjadi adalah perubahan fasa dari cair ke gas. Sedangkan kalor sensibel adalah kalor yang menyebabkan perubahan temperatur, contohnya air pada tempertur ruang (27 oC) akan naik temperaturnya jika diberikan kalor (dipanaskan).

Dalam termodinamika dikenal istilah temperatur saturasi dan tekanan saturasi. Temperatur saturasi adalah titik temperatur pada tekanan tertentu dimana tidak dapat naik sampai fasanya berubah terlebih dahulu. Dengan kata lain, temperatur saturasi adalah titik didih. Pada tekanan 1 atm (101325 Pa) air memiliki temperatur saturasi 100 oC. Ini berarti jika air dalam fasa cair diberikan kalor (dipanaskan) pada tekanan tersebut maka temperaturnya akan berhenti di 100 oC sampai berubah menjadi fasa gas. Setelah itu barulah temperaturnya naik lagi. Pada temperatur saturasi terjadi perubahan fasa dari cair ke gas.Dalam kasus ini dapat dikatakan bahwa temperatur saturasi pada tekanan 1 atm adalah 100 oC. Sebaliknya dapat dikatakan pulah tekanan saturasi pada 100 oC.

Zat dalam keadaan seluruhnya fasa cair pada temperatur saturasi dinamakan cair jenuh (saturasi cair). Hal ini dikarenakan jika zat tersebut menerima kalor sedikit saja maka akan ada bagian dari zat yang menguap sehingga ada zat yang berfasa cair dan ada berfasa gas. Sedangkan jika membuang kalor sedikit saja maka temperaturnya akan turun. Semakin banyak kalor yang diterima maka semakin banyak gas yang terbentuk sehingga akan sampai kondisi dimana semua zat berfasa gas. Pada saat kondisinya adalah fasa gas seluruhnya pada temperatur saturasi dinamakan gas jenuh (saturasi gas).

Suatu zat cair pada suatu tekanan tertentu dengan temperatur dibawah temperatur saturasinya dinamakan kondisi subcooled atau compressed liquid. Kondisi ini juga menunjukkan suatu zat cair pada temperatur tertentu dengan tekanan yang lebih tinggi dari pada tekanan saturasinya. Kemudian, jika ada suatu zat berfasa gas pada tekanan tertentu yang memiliki temperatur lebih tinggi dari pada temperatur saturasinya maka keadaan ini dinamakan kondisi superheated. Kondisi ini juga menunjukkan keadaan suatu zat berfasa gas pada temperatur tertentu dengan tekanan yang lebih rendah dari pada tekanan saturasinya.
Untuk menjelaskan seluruh fasa yang dibahas diatas, maka kasus dibawah ini dapat digunakan untuk memudahkan pengertian istilah-istilah tersebut:
  • Sejumlah air (fasa cair) diletakkan di dalam panci yang berada di sebuah ruangan yang bertekanan atmosfir 1 atm dan temperatur 27 oC. Kondisi ini dinamakan subcooled liquid atau compressed liquid.
  • Kemudian air dalam panci ini dipanaskan pada sebuah kompor sehingga temperaturnya naik. Kalor yang diberikan ke air dinamakan kalor sensibel. Selama dipanaskan temperatur air akan selalu naik sampai pada temperatur 100 oC. Pada titik ini kondisi air dinamakan saturasi cair.
  • Jika tetap dipanaskan (diberikan kalor) maka temperatur tidak akan naik namun penguapan terjadi. Kalor yang diberikan ini dinamakan kalor laten. Sedikit demi sedikit air mulai menguap sehingga fasa cair berkurang dan akhirnya seluruh air dalam keadaan gas (uap) pada temperatur 100 oC. Keadaan ini dinamakan gas jenuh.
  • Jika air dalam keadaan gas jenuh ini tetep menerma kalor maka temperaturnya naik kembali. Kalor ini merupakan kalor sensibel. Begitu temperaturnya naik, keadaan air pada kondisi ini dinamakan superheated


Temperatur saturasi berbeda-beda tergantung pada tekanannya. Begitupun sebaliknya tekanan saturasi berbeda-beda tergantung pada temperaturnya. Untuk menganalisis besaran-besaran termodinamika suatu zat biasanya digunakan sebuah tabel atau grafik sifat zat.

Tabel Termodinamika Sifat Zat

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Tabel dan grafik properti/sifat zat fluida adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui dan menganalisis proses termodinamika. Tabel dan grafik ini berisi informasi sifat fluida yaitu volume spesifik, energi dalam, entalpi dan entropi. Dalam aplikasinya pun tabel dan grafik sering kali digunakan, sebagai contoh untuk mempelajari sistem termodinamika pembangkit listrik tenaga uap dan sistem refrigerasi kompresi uap.

Sebelum membahas tentang aplikasinya, membaca dan mengerti penggunaan tabel adalah hal yang penting. Untuk memahami cara mebaca tabel sifat fluida maka hal yang pertama harus dilakuakan adalah dengan memiliki tabelnya terlebih dahulu. Untuk tabel sifat air (H20), R134a, dan CO2 dapat dilihat dan didownload di:
atau

Ada beberapa jenis tabel untuk fluida kerja yang mengalami perubahan fasa dari cair (liquid) ke gas (vapor) antara lain: tabel compressed liquid, saturasi, dan superheated gas.

Gambar 1. (a) Tabel compressed liquid, (b) Tabel saturasi, (c) Tabel superheated gas

Gambar 1 merupakan contoh dari tabel dari ketiga fasa fluida. Beberapa informasi dapat dicari dengan menggunakan tabel ini. Contoh: Berapakah volume spesifik air pada saat memiliki tekanan 5 Mpa dengan temperatur 40 oC?

Air pada keadaan tersebut dalam fasa compressed liquid. Oleh karena itu tabel tersebut digunakan dan didapatkan bahwa nilai volume spesifiknya adalah 0.001006 m3/kg.
Gambar 2. Mencari informasi dari tabel.

Terkadang informasi yang ingin dicari tidak tertera di dalam tabel. Untuk kasus seperti ini dapat digunakan pendekatan interpolasi. Sebagai contoh: Berapakah entalpi dari air yang memiliki tekanan 5 MPa dan temperatur 50 oC?

Interpolasi yang digunakan dengan mencari nilai diantara temperatur yang ada dalam tabel. Nilai 50 oC berada di antara temperatur 40 oC dan 60 oC. Selanjutnya adalah menganggap perubahan nilai sifat zat bersifat linier dalam selang tersebut. Berikut perhitungannya:


Sehingga didapat entalpinya adalah 213.7 kJ/kg

Proses dan Siklus Termodinamika

Dalam termodinamika fluida kerja dapat mengalami proses fisis yang disederhanakan seperti isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatic.

  1. Isotermal
    Isotermal adalah proses termodinamika yang terjadi dengan temperatur konstan. Contoh nyata dari proses ini adalah jika sebuah piston mengalami ekspansi secara perlahan sehingga temperatur terjaga konstan.
  2. Isobarik
    Proses isobarik adalah proses termodinamika yang berlangsung pada tekanan konstan. Proses ini biasanya digambarkan oleh sistem piston silinder.
  3. Isokhorik
    Isokhorik merupakan proses termodinamika yang terjadi pada volume konstan. Biasanya proses ini terjadi pada tanki kaku untuk menyimpan gas bertekanan tinggi. Kerja yang terjadi pada proses isokhorik selalu nol, hal ini dikarenakan tidak adanya perubahan volume. Secara matematis dapat dijabarkan menjadi:
  4. Adiabatik
    Adiabatik adalah proses termodinamika yang terjadi pada saat sistem terinsulasi sempurna. Artinya tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem.
Siklus Termodinamika
Siklus termodinamika adalah gabungan dari beberapa proses termodinamika yang dimulai dan berakhir di keadaan yang sama dalam satu siklusnya. Ada dua jenis siklus termodinamika yaitu siklus daya kalor dan pompa kalor. Siklus daya kalor adalah siklus yang melandasi konversi kalor menjadi kerja dalam permesinan seperti mesin Otto, Diesel, dan lain-lain. Sedangkan siklus pompa kalor adalah siklus yang melandasi sistem refrigerasi yang memanfaatkan kerja eksternal menjadi efek pendinginan dan pemanasan.

Perbedaan siklus daya kalor dan pompa kalor dalam diagram Tekanan -Volume dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

 Gambar 1. (a) Siklus daya kalor, (b) Siklus pompa kalor

Gambar 1a merupakan contoh dari siklus daya. Siklus dapat dimulai dari titik mana saja karena akan mengalami proses dan berakhir ditempat semula dalam satu siklusnya. Dalam sebuah siklus termodinamika, kerja yang dihasilkan merupakan salah satu tinjauan utama. Untuk menghitung kerja yang dihasilkan ini perlu ditinjau masing-masing proses dalam siklus, Dalam siklus ini terdapat empat proses yaitu:
  • Proses a-b yaitu proses isokhorik pada 1 m3 dari tekanan 1 Pa ke tenakan 3 Pa. Dengan menggunakan definisi kerja maka besarnya kerja dalam proses ini adalah nol (0) karena tidak ada perubahan volume.
  • Proses b-c yaitu proses isobarik pada tekanan 3 Pa dari volume 1 m3 ke 3 m3. Sehingga besarnya kerja pada siklus ini adalah


  • Proses c-d yaitu proses isokhorik pada volume 3 m3 dari tekanan 3 Pa ke 1 kPa. Pada proses ini juga tidak menghasilkan kerja karena tidak ada perubahan volume.
  • Proses d-a yaitu proses isobarik pada tekanan 1 kPa dari volume 3 m3 ke 1 m3. Pada proses ini kerja yang dihasilkan adalah:



Dari keempat proses di atas maka dapat dihitung kerja yang dihasilkan dalam satu siklus adalah
Pada siklus ini dihasilkan kerja dalam satu siklusnya adalah 4 Joule. Nilai kerja adalah positf artinya sistem ini melakukan kerja.


Untuk siklus pada gambar 1b merupakan siklus pompa kalor. Jika dihitung dengan cara yang sama maka di dapatkan kerja yang dihasilkan sistem dalam satu siklus yaitu -4 Joule. Nilai negatif berarti sistem menerima kerja dari luar.

(Tri Ayodha Ajiwiguna)

Proses Termodinamika

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Dalam termodinamika fluida kerja dapat mengalami proses fisis yang disederhanakan seperti isotermal, isokhorik, isobarik, dan adiabatic.
  1. Isotermal
    Isotermal adalah proses termodinamika yang terjadi dengan temperatur konstan. Contoh nyata dari proses ini adalah jika sebuah piston mengalami ekspansi secara perlahan sehingga temperatur terjaga konstan.
  2. Isobarik
    Proses isobarik adalah proses termodinamika yang berlangsung pada tekanan konstan. Proses ini biasanya digambarkan oleh sistem piston silinder.
  3. Isokhorik
    Isokhorik merupakan proses termodinamika yang terjadi pada volume konstan. Biasanya proses ini terjadi pada tanki kaku untuk menyimpan gas bertekanan tinggi. Kerja yang terjadi pada proses isokhorik selalu nol, hal ini dikarenakan tidak adanya perubahan volume. Secara matematis dapat dijabarkan menjadi:
  4. Adiabatik
    Adiabatik adalah proses termodinamika yang terjadi pada saat sistem terinsulasi sempurna. Artinya tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem.

Kalor, Energi dalam, Kerja dan Hukum Termodinamika I

Termodinamika klasik membahas tentang energi kalor dan konversinya menjadi kerja. Persamaan energi dalam termodinamika ini diturunkan dari hukum gerak Newton dan definisi kerja yaitu:



Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang berkaitan dengan temperatur. Kalor juga mengikuti hukum kekealan energi yaitu energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi dapat dikonversikan ke bentuk energi lain. Dalam termodinamika teknik biasanya membahas tentang perubahan energi kalor menjadi gerak seperti permesinan dengan bahan bakar tertentu. Pada mesin itu terjadi perubahan energi kalor yang berasal dari pembakaran bahan bakar menjadi putaran mesin atau pergerakan piston.

Energi Dalam
Energi dalam pada dasarnya adalah energi kinetik total yang dimiliki molekul zat. Energi dalam sangat tergantung pada temperatur. Untuk gas ideal besarnya energi dalam diturunkan dari konsep ekuipartisi energi sehingga didapat:



Kerja
Kerja didefnisikan sebagai perkalian antara gaya dan perpindahan. Oleh karenanya kerja dapat dituliskan secara matematika sebagai berikut:



Hukum Termodinamika I
Sesuai dengan konsep energi bahwa energi adalah kekal, maka dalam termodinamika juga berlaku hukum ini. Jika ada suatu sistem tertutup kemudian menerima atau melepaskan kalor maka akan terjadi perubahan energi dalam dan terjadi kerja. Hal ini dirumuskan dalam hukum termodinamika I, yaitu:

Tinjauan dalam termodimamika adalah sistem terkait. Jika sistem menerima kalor maka nilai Q bernilai positif sebaliknya jika sistem melepaskan kalor maka Q bernilai negatif. Untuk perubahan energi dalam, nilai ΔU akan bernilai positif jika selam proses mengalami kenaikan suhu begitu pula sebaliknya jika sistem mengalami penurunan suhu maka ΔU bernilai negatif. Kerja W bernilai positif jika sistem melakukan kerja dan negatif jika menerima kerja.

Contoh:
Dalam sebuah sistem piston silinder berisi gas ideal mengalami ekspansi sebesar 30 J. Untuk proses ini memutuhkan kalor sebensar 100 J. Hitunglah berapa perubahan energi dalamnya?

(Tri Ayodha Ajiwiguna)

Kalor Sensibel dan Laten

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Video pembahasan tentang kalor dan temperatur:

Istilah panas dan temperatur sering kali membingungkan dan tertukar, padahal keduanya merupakan hal yang berbeda. Heat dalam bahasa inggris sering kali diterjemahkan sebagai “panas”. Hal ini tidaklah keliru, namun akan membingungkan karena kata Hot juga diterjemahkan sebagai “panas”. Heat dan Hot merupakan hal yang sangat berbeda, oleh karena itu untuk membedakannya maka dalam artikel ini digunakan kata kalor sebagai terjemahan dari kata heat.

Panas dan dingin merupakan kata sifat yang sangat relatif. Contohnya ruangan ber-AC itu dingin. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan freezer maka ruangan ber-AC itu panas. Kulit manusia dapat merasakan panas atau dingin sehingga manusia dapat menentukan mana benda-benda yang panas atau dingin. Namun, indera yang yang dimiliki oleh manusa juga sangat relatif, berbeda satu oang dengan yang lainnya. Oleh karenaya dibutuhkan suatu besaran yang dapat dikuantifikasi besarnya, yaitu temperatur.

Temperatur merupakan suatu besaran yang menunjukkan sebarapa panas atau dingin suatu objek. Jika temperatur suatu benda lebih tinggi dibandingkan dengan benda lain, maka benda tersebut dikatakan lebih panas. Alat ukur atau sensor dibutuhkan untuk mengetahui tinggi rendahnya temperatur. Beberapa jenis sensor temperatur yang umum digunakan adalah termoemeter raksa/alkohol, Thermocouple, Termistor, RTD, dll.


Kalor adalah bentuk energi yang dapat berpindah secara alami karena adanya perbedaan temperatur, dari temperatur yang tinggi ke temperatur yang rendah. Suatu benda yang dapat menyerap kalor harus memiliki temperatur yang lebih rendah dibandingkan benda lainnya. Sebaliknya benda yang melepaskan kalor harus memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan benda lainnya. Adanya penyerapan dan pelepasan kalor dapat mengakibatkan dua hal, yaitu naik/turunnya temperatur (kalor sensible) atau perubahan fasa (kalor laten). 

Kalor Sensibel dan Kalor Jenis
Secara fisis untuk menaikkan temperatur suatu zat maka dibutuhkan kalor yang besarnya sebanding dengan massanya. Sebagai contoh untuk menaikkan temperatur air yang bermassa 2 kg sebesar 5 oC membutuhkan kalor yang lebih besar dibandingkan dengan air yang bermassa 1 kg. Selain itu perubahan temperatur juga sebanding dengan kalor yang dibutuhkan. Dapat dilihat untuk memanaskan air sebesar 10 oC dibutuhkan kalor yang lebih besar dibandingkan memanaskan air sebesar 5 oC. Selain massa dan perubahan temperatur, kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur juga tergantung dari jenis zatnya. Kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan air lebih besar dibandingkan untuk memanaskan alumnium walaupun massa dan perubahan temperaturnya sama. Ini menandakan bahwa setiap zat memiliki nilai suatu besaran lain yang berbeda-beda. Dalam hal ini dinamakan kalor jenis. Besaran ini menunjukkan banyaknya kalor yang dibutuhkan/dilepaskan untuk  menaikkan/menurunkan setaip satu satuan  temperatur dan setiap satu satuan massa. Besaran ini memiliki satuan J/kgoC. Jika suatu zat memiliki kalor jenis 10 J/kgoC, artinya untuk menaikkan temperatur 1 kg zat tersebut sebesar 1oC maka dibutuhkan kalor sebesar 10 Joule.

Gambar 1. Ilustrasi Kalor Sensibel

Air yang berada pada tekanan 1 atm memiliki titik didih sekitar 100 oC. Jika air ini memiliki temperatur 27 oC kemudian diberikan kalor (dipanaskan), maka temperaturnya akan naik sampai dengan 100 oC. Kalor yang diberikan ini disebut sengan kalor sensibel, yaitu kalor yang dapat dirasakan oleh alat ukur temperatur.

Seperti yang disebutkan di atas bahwa kalor merupakan salah satu jenis energi. Oleh karena itu nilai kalor absolut sebuah benda tidak/belum dapat dihitung. Namun, penambahan/pengurangan kalor dari sebuah proses dapat dihitung. Sebagai contoh: kalor yang dimiliki oleh air bertemperatur 27 oC atau 100 oC adalah tidak diketahui. Namun perbedaan nilai kalor antara dua keadaan tersebut dapat dihitung dengan cara:

Sering kali satuan perubahan temperatur adalah Kelvin, hal ini bukanlah masalah karena perubahan temperatur dalam satuan K dan oC adalah sama. Oleh karena itu, satuan dari kalor jenis sering kali ditulis J/kg.K.

Kalor Laten
Ketika air berada di tekanan 1 atm dan 100 oC kemudian diberikan kalor, maka temperaturya akan tetap di 100 oC. Pada keadaan ini kalor tidak dapat menaikkan temperatur, akibatnya energi yang masuk ke dalam air digunakan untuk merubah fasa zat dari cair ke gas (menguap). Hal yang sama terjadi pada saat es batu yang mencair.
Gambar 2. Ilustrasi lalor laten
Semakin bebas molekul zat bergerak maka energi kalor yang dimiliki semakin besar. Pada zat padat molekulnya sangat teratur pada susunan yang sangat rapat sehingga tingkat energi kalornya rendah. Sedangkan zat cair molekulnya lebih bebas bergerak sehingga energi kalornya lebih besar. Begitu pula zat gas, melekulnya lebih bebas bergerak karena jarak antar molekul sangat besar. Temperatur pada saat terjadi proses perubahan fasa tidak berubah. Kalor yang diberikan/dilepaskan ini disebut dengan kalor laten. Besarnya kalor untuk merubah fasa adalah sebagai berikut:

Entropi (part 2)

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Contoh soal 1:
Hitunglah perubahan entropi total jika 1 kg air bertemperatur 30 oC dicampur dengan 1 kg air bertemperatur 50 oC!

Dalam kasus ini maka yang terjadi adalah air yang lebih dingin mengalami pemanasan sedangkan air yang lebih panas mengalami pendinginan. Karena massa dan jenis zatnya sama maka dapat dikatakan bahwa temperatur setelah pencampuran menjadi 40 oC. Oleh karena itu perubahan entropi totalnya adalah:


Contoh soal 2
25 kg air bertemperatur 30 oC dicampur dengan 25 kg air bertemperatur 40 oC. Berapakah perubahan entropi dari setelah pencampuran ini? Bandingkan hasilnya jika dihitung menggunakan tabel sifat zat!



Contoh soal 3:
sebanyak 1.5 kg air dipanaskan dari temperatur 30 oC menjadi 90 oC. Hitunglah perubahan entropi ini dengan menggunakan definisi perubahan entropi dan bandingkan jika menggunakan tabel sifat zat.


x

Efisiensi Mesin Otto

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Mesin Otto merupakan salah satu jenis mesin reciprocating dengan pembakaran internal. Fluida kerjanya adalah udara tanpa mengalami perubahan fasa sehingga termasuk dalam mesin daya gas. Dalam analisis termodinamika, peritungan proses-proses dalam siklusnya sangatlah rumit. Oleh karena itu analisisnya dapat disederhanakan menjadi siklus otto ideal yang mengasumsikan penerimaan dan pembuangan kalor terjadi secara isokhorik serta kompresi dan ekspansi secara isentropik (adiabatik reversible). Penyerderhanaan ini dapat dilihat di gambar di bawah ini.

Gambar 1. Penyederhanaan siklus Otto dalam diagram P-v

Siklus Otto ideal ini terdiri dari empat proses, yaitu:
1. Proses dari titik 1 ke titik 2 yaitu proses kompresi secara isentropik. Proses ini menggambarkan bahwa udara dan bahan bakar ditekan di dalam piston
2. Proses dari titik 2 ke titik 3 yaitu proses penerimaan kalor secara isokhorik. Proses ini menggambarkan pembakaran bahan bakar udara di dalam piston.
3. Proses dari titik 3 ke titik 4 yaitu proses ekspansi secara isentropik. Proses ini menggambarkan hasil pembakaran langkah sebelumya menghasilkan kerja.
4. Proses dari titik 4 ke titik 1 yaitu proses pembuangan kalor secara isokhorik. Proses ini menggambarkan pembuangan gas hasil pembakaran.

Dalam mesin reciprocating dikenal istilah rasio kompresi r, yaitu perbandingan antara volume maximum dan volume minimum.

Setelah disederhanakan seperti ini, maka efisiensi lebih memungkinkan untuk dicari, yaitu:
x

Efisiensi Carnot

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Mesin Carnot adalah mesin ideal yang memiliki efisiensi paling tinggi. Siklus carnot terdiri dari 2 proses isothermal dan 2 proses isentropik (adiabatik reversible). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik P-v di bawah ini.

Gambar 1. Siklus Carnot dalam diagram P-v

Secara umum, salah satu parameter baik atau tidaknya suatu mesin adalah dari efisiensinya. Mesin mengkonversikan energi kalor menjadi kerja atau gerak dalam bentuk putaran mesin atau pergerakan piston. Kerja inilah yang dimanfaatkan oleh pengguna mesin. Di sisi lain, mesin kalor dapat bekerja jika ada sumber energi kalor yang berasal dari pembakaran bahan bakar, radiasi matahari, reaksi nuklir atau sumber kalor lainnya. Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang didapatkan dengan kalor yang masuk ke dalam sistem. Oleh karena itu efisiensi dapat dituliskan:


Dalam siklus carnot pembuangan kalor terjadi pada proses dari titik 3 ke 4 dan penerimaan kalor pada proses dari titik 1 ke 2. Kedua proses ini berlangsung secara isothermal. Oleh karena itu efisiensinya dapat dijabarkan menjadi:


Entropi (part 1)

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Dalam termodinamika ada beberapa parameter penting yang biasa digunakan untuk menganalisis sebuah proses, seperti: tekanan, temperatur, entalpi, dan lainnya. Salah satu parameter itu adalah entropi. Pada dasarnya entropi merupakan besaran termodinamika yang mungkin dapat dikatan muncul belakangan dibandingakan dengan besaran lainnya. Entropi muncul ketika para insiyur pada saat itu ingin menjelasakan mengenai efisiensi mesin dan pompa kalor.

Seperti yang diketahui bahwa sebuah mesin kalor tidak daat mengubah semua kalor yang diterima sistem menjadi kerja, namun pasti ada kalor yang dibuang. Entropi secara tidak langsung menunjukkan seberapa besar energi yang tidak dapat menjadi kerja itu. Pada sudut pandang molekul, entropi adalah besaran termodinamika yang menunjukkan seberapa besar ketidak-teraturan suatu zat. Besarnya entropi sulit dihitung, namun perubahan entropi suatu zat yang mengalami proses termodinamika memungkinkan untuk dilakukan. Zat dalam wujud padat memiliki entropi yang lebih kecil dibandingkan dengan fasa cair dan gas. Sebagai contoh air dalam fasa padat (es) memiliki susunan molekul yang sangat teratur sedangkan dalam fasa cair memiliki susunan molekul yang lebih acak. Terlebih lagi dalam fasa gas (uap), susunan molekulnya lebih acak lagi. Dalam proses dengan temperatur konstan (isotermal) besarnya perubahan entropinya dapat dihitung dengan:


Sebagai contoh jika ada 1 kg es batu yang bertemperatur 0 oC yang diletakkan pada sebuah ruangan, kemudian es ini lambat laun akan mengalami perubahan fasa dari padat menjadi cair (meleleh). Proses ini secara teori berlangsung pada temperatur konstan, yaitu pada 0oC. Pada proses ini ketidak -teraturan molekul air berubah dari yang tersusun teratur (es) hingga menjadi lebih tidak teratur (air). Ini menunukkan adanya perubahan entropi pada zat tersebut yang besarnya adalah:



Untuk proses yang tidak terjadi secara isotermal maka perlu perubahan entropinya dapat dihitung dengan:

Jika dalam suatu fenomena terdapat lebi dari satu proses maka, perubahan entropinya adalah penjumlahan dari masing-masing prosesya.

Persamaan Gas Ideal (part 1)

Oleh: Tri Ayodha Ajiwiguna

Gas ideal sering kali digunakan sebagai asumsi untuk menganalisis proses termodinamika pada suatu gas. Gas ideal sendiri adalah model gas yang terdiri dari partikel-partikel yang bergerak acak. Untuk dapat dikatakan sebagai gas ideal maka ada beberapa asumsi, yaitu:
  • Gas terdiri dari partikel yang sangat kecil dengan massa tidak no
  • Banyaknya molekul sangat banyak
  • Molekul bergerak secara konstan dan acak
  • Tumbukan yang terjadi antara partikel dan partikel dinding wadah bersifat lenting sempurna
  • Kesuluruhan volume partikel dapat diabaikan jika dibandingkan dengan volume wadah
  • Molekul gas berbentuk bola sempurna
  • Efek kuantum dan relativistik diabaikan
  • Energi kinetik rata-rata molekul gas hanya bergantung pada temperatur sistem
Gas ideal mengikuti persamaan gas ideal yaitu:

Seperti yang telah diketahui jumlah partikel adalah:
Dalam termodinamika teknik, sering kali sifat zat diberikan untuk setiap satu satuan massa. Seperti yang diketahui bahwa jumlah mol adalah:


Beberapa nilai R dari gas sering digunakan yaitu:

Energi dalam setiap satuan massa yang menunjukkan energi kinetik rata-rata molekul gas ideal dapat dituliskan menjadi: